English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
|| Dalam blog ini saya mengumpulkan berbagai artikel mengenai agama terdahulu dan persamaannya dengan islam || kalau memang ada perbedaan saya sangat menghargainya karena anda yang lebih mengetahui agama yang anda anut || Bukan menyalahkan agama anda, saya sendiri percaya dengan dalil-dalil ketuhanan yang anda miliki || karena saya yakin kita semua berasal dari satu akar yang sama, dan "ISLAM IALAH AGAMA PENYEMPURNA DARI AJARAN-AJARAN SEBELUMNYA YANG MENGAJARKAN KASIH SAYANG" || semoga kita bisa menjadi hamba yang baik bagi tuhan semesta alam ||
RSS
email

Mulutmu - Beomu ??

Seorang pemuda memelihara seekor burung beo.


Dia melatihnya berkali-kali sampai
akhirnya dapat mengucapkan,
“Hallo Tuan, apa kabar?”
Sejak itu, setiap tuannya lewat
di sekitarnya, si beo pasti menyapa,
“Hallo Tuan, apa kabar?”

Burung beo tersebut ditempatkan
di dalam kandang di dalam rumah.


Suatu pagi di hari Senin, si pemuda bangun kesiangan,
pukul 07.20 WIB. Padahal dia harus masuk kerja
pukul 08.00 WIB. Merasa kebakaran jenggot, si pemuda
segera bergegas, mandi, berpakaian dan berangkat dengan
motornya menuju kantor. Sekitar sepuluh menit setelah
dia berjalan, dia baru ingat kalau tas kerja yang setiap hari
dia bawa, tertinggal di rumah. Tanpa pikir panjang,
dia kembali lagi ke rumah.


Di dalam rumah, si pemuda mondar-mandir mencari tas kerjanya.
Dia masuk ke ruang tamu dan melewati beo, si beo menyapa,

“Hallo Tuan, apa kabar?” Karena kesal si pemuda menjawab,
“Sialan Lu!” Dalam hati dia berkata, ‘orang lagi bingung masih
digodain segala’. Di ruang tamu dia tak menemukan tas kerjanya,
lalu dia masuk kamar tidur, lagi-lagi melewati si beo dan mendapat
sapaan, “Hallo Tuan, apa kabar?” Si pemuda yang kesal dan
bingung menjawab, “Sialan Lu!”
Eh…di kamar tidur, dia juga tidak menemukan tasnya.
Lalu dia mencoba mencari ke ruang makan. Lagi-lagi melewati beo
dan mendapat sapaan, “Hallo Tuan, apa kabar?” Dan pemuda itu
lagi-lagi menjawab dengan ketus, “Sialan Lu!” Akhirnya pemuda
itu menemukan juga tasnya yang ternyata tergeletak di kursi makan.

Tanpa pikir panjang dia bergegas untuk kembali ke kantor,
tapi kali ini dia melewati si beo lagi dan mendapat sapaan
yang membuat dia kesal. Dia pun menjawab, “Sialan Lu!”

Singkat cerita, sorenya si pemuda kembali dari kantor dengan
perasaan lega. Semua pekerjaannya hari itu berjalan lancar.
Dia hanya mendapat teguran karena terlambat masuk kantor.
Setibanya di rumah, ketika masuk dan melewati si beo, dia heran
karena tak biasanya, kok si beo diam saja. Lalu, si pemuda mencoba
untuk menyapa si beo yang diam terpana itu, “Hallo beo, apa kabar?
Kok diam saja?” Tak disangka dan diduga, si beo menjawab, “SIALAN LU!”

Hehehe..
begitulah ceritanya.

Makna cerita:

Dalam keseharian, kita tanpa sadar sering mengeluarkan kata atau
kalimat yang tidak kita pertimbangkan akibatnya apa di kemudian hari.
Hal ini sangat berbahaya, apalagi bila kata atau kalimat itu kita ucapkan
kepada anak-anak, sebab mereka pada dasarnya belum dapat menyaring
atau memilah mana kata yang baik dan tidak. Tak ubahnya seperti beo,
mereka mendengar, lalu menirukannya. Kalau dia mendengar kata atau
kalimat yang baik, tidak jadi masalah, tapi kalau dia mendengar kata yang
tidak baik atau tidak sopan, lalu dia tiru dan diucapkan kepada orang lain,
apa jadinya?


Thanx buat:
http://jbsitorus.wordpress.com/



Bookmark and Share

0 komentar:

Posting Komentar